Isi Artikel Utama

Abstrak

Cara kerja suatu bendung merupakan salahsatu rangkaian atau proses untuk menjadikan sistem bendung dapat berjalan dengan fungsinya dan sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) yang berlaku di Bedung Copong. Air dari Bendung Copong ini digunakan untuk mengairi lahan pertanian daerah Leuwigoong seluas kurang-lebih 5313 ha dengan luas daerah aliran sungai (DAS) 516 km2. Untuk mengingat fungsi yang vital dari satu kesatuan bangunan Bendung mulai dari Pintu Air Banjir (Floodway Gate) bangunan ini memiliki 3 jumlah pintu yang masing-masing lebar 12,5 m dan tingginya 3,5 m fungsi dari pintu air banjir tersebut adalah untuk membendung aliran sungai Cimanuk. Pintu Pembilas / Penguras (Scouring Gate) pada bangunan ini terdapat satu unit pintu yang mempunyai lebar 5 m dan tinggi 8 m (termasuk pintu atas dan pintu bawah) pintu air pembilas terdiri dari dua bagian daun pintu, daun pintu bagian atas digunakan untuk mengatur tinggi permukaan air dan membuang sampah yang hanyut dan pintu bagian bawah digunakan untuk membuang endapan yang terjadi pada saluran pembilas. Pintu Pemasok / Pengambil (Intake Gate) untuk bangunan ini memliki 3 jumlah pintu yang masing-masing lebar 3 m dan tinggi 1,3 m pintu air pemasok terdiri dari tiga set pintu yang digunakan untuk daerah irigasi Leuwigoong. Kantong Lumpur bangunan ini memiliki 3 saluran yang masing-masing salurannya dengan lebar 10 m panjang 118 m bangunan ini berfungsi untuk menggerakan angkutan sedimen dasar dan layang terutama fraksi pasir dan yang lebih besar. Bangunan Pelengkap pada Bendung Copong ini berfungsi untuk keperluan bendung serta bangunan-bangunan diatas supaya pengoperasian Bendung Copong berjalan dengan maksimal.

Kata Kunci

Kantong Lumpur Pintu Air Banjir Pintu Pemasok Pintu Pembilas Kantong Lumpur Pintu Air Banjir Pintu Pemasok Pintu Pembilas

Rincian Artikel

Cara Mengutip
[1]
R. Rusdiana dan S. Permana, “Efisiensi Cara Kerja Bendung Copong Kabupaten Garut”, Jurnal Konstruksi, vol. 19, no. 1, hlm. 241–250, Jan 2022.

References

  1. A. Susetyaningsih and S. Permana, “Pengaruh Sedimentasi Terhadap Penyaluran Debit Pada Daerah Irigasi Cimanuk,” J. Konstr. Sekol. Tinggi Teknol. Garut, vol. 14, no. 1, pp. 149–153, 2016.
  2. G. Farida and Nurdiyanto, “Analisis Kerja Sistem Daerah Irigasi Bendung Nambo Kabupaten Brebes,” vol. VI, no. 2, 2017.
  3. K. H. Nurcahya, “Jurnal Konstruksi,” CIREBON J. Konstr., vol. 7, no. 2, pp. 2085–8744, 2020.
  4. Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, “Standard Perencanaan Irigasi. Kriteria Perencanaan Bagian Bangunan Utama (Headworks) KP-02,” p. 240, 2013.
  5. A. R. Pratama and S. Permana, “Analisis Kebutuhan Air di Daerah Irigasi Leuwigoong Kabupaten Garut,” J. Konstr., vol. 17, no. 1, pp. 46–56, 2019.
  6. A. E. Widiyarto, “Evaluasi Kinerja Operasi Dan Pemeliharaan Bendungan Cengklik Dengan Menggunakan Balanced Scorecard,” J. Konstr., p. 19, 2017.
  7. V. R. Mangore, E. M. Wuisan, L. Kawet, and H. Tangkudung, “Perencanaan Bendung Untuk Daerah Irigasi Sulu,” J. Sipil Statik, vol. 1, no. 7, pp. 533–541, 2013.
  8. R. Wigati, Soedarsono, and T. Mutia, “Analisis Banjir Menggunakan Software HEC-RAS 4.1 (Studi Kasus Sub-DAS Ciberang HM 0+00 - HM 34+00),” J. Fondasi, vol. 5, no. 2, pp. 51–61, 2016.
  9. Dirjen SDA, “Standar Perencanaa Irigasi,” J. Chem. Inf. Model., vol. 53, no. 9, pp. 1689–1699, 2013.
  10. I. Irwan, “Kajian Biofisik Lahan di Wilayah Bendungan Tanju dalam Meningkatkan Produksi Pertanian Kecamatan Manggalewa Kabupaten Dompu,” Universitas Muhammadiyah Mataram, 2020.
  11. F. Saputra, “Analisis Ketersediaan Dan Kebutuhan Air Irigasi Untuk Tanah Datar,” J. Buana, vol. 2, no. 2, pp. 584–596, 2018.
  12. D. A. Muslim and H. Kurniawan, “Analisis Kinerja Bendung Panongan Kabupaten Cirebon,” J. Konstr., vol. 7, no. 3, pp. 207–218, 2018.